Minggu, 20 November 2011

"PAK DORUS" Musisi yang menciptakan Lagu "NUKAK AMI"

Pak Dorus, menciptakan banyak lagu daerah Sikka
Nukak Ami Duna Inan, Noeng Ami Kepang Aman eee. . . Nukak Ba'a Mole Noeng, Noeng Nete Narang Waen, Tali Dagir Lahi Rehi, Karang Kaet Bega Dunan . . . .  

Demikian sepenggal lagu yang populer di era 1964-1965. Lagu ini diciptakan oleh seorang musisi asal kampung Wegok yang cukup punya nama pada masa lalu. Bagi sebahagian masyarakat Sikka lagu ini sudah tidak asing lagi. Siapa sangka lirik dan syairnya digarap dan ditulis oleh Theodorus Surat, dikala masih muda belia.

Sebagai orang muda ia tentunya punya angan-angan dan cita-cita hidup yang ingin dicapai, namun bagaikan pungguk merindukan bulan, angan-angan dan cita-citanya serasa sulit digapai lantaran ia orang tak punya. Hal ini kemudian menginspirasi Musisi ini untuk menuangkan perasaan hatinya lewat sebuah lagu. Lalu dengan berbekalkan sebuah gitar tua pemberian Pater Bollen, SVD ia mulai mencoret-coret syair dan lirik lagu dimaksud. Akhirnya jadilah sebuah lagu, di ujung Agustus 1964 yang ia beri judul "Nukak Ami"

Seperti halnya lagu-lagu ciptaanya yang lain (Kasi Ora Wine, Ulit Lusi Hama-Hama, Me Blutuk Bai Murin, Dolor Wolon dll) iapun kemudian membawa lagu ini ke kelompok musik mereka dan berlatih bersama rekan-rekannya di Group musik Rano Unen.

Suatu kebanggaan tersendiri baginya karena hanya dalam waktu tiga bulan lagu ini menjadi cukup populer di masa itu. Perasaan yang sama juga dirasakan crew wegokpermai ketika meliput Festival Seni Sikka di Wetakara pada 10 Oktober 2011. Cukup tertegun ketika menyaksikan lagu ini dibawakan oleh sebuah group musik disana. Simak Liputan Videonya, . . . .
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Nukak Ami
Oleh : Group Musik Weta Kara
Cipt. Theodorus Surat
Agustus 1964

Kamis, 03 November 2011

Kunjungan TIM NTA Australia ke Wilayah Wegok

Ibu Ria dan Pak Andre
Ibu Kris dan beberapa pengurus Kel Tani
Masyarakat Wegok, lagi-lagi bergembira karena untuk kesekian kalinya dikunjungi oleh Tim NTA Australia. Kali ini Tim NTA terdiri dari Ibu Ria (Fundrising NTA) Pak Andre (NTA Regional Project Manager), Ibu Chris (Sekretaris NTA) bersama TIM YPMF mengunjungi kelompok binaan YPMF - NTA, guna melihat secara langsung hasil pengerjaan bantuan sekaligus melakukan evaluasi atas program-program yang sudah dan sedang berjalan.

Sesuai dengan namanya (NTA : Nusa Tenggara Asociation) adalah sebuah LSM kecil di Australia memiliki focus bantuan khusus bagi pemilik ekonomi lemah di wilayah NTT termasuk Kabupaten Sikka. Untuk wilayah Wegok LSM ini mulai bekerja sejak tahun 2003 hal mana semenjak itu LSM yang dipimpin oleh Dr. Colin Barlow, seorang dosen terbang dari Universitas Nasional Australia ini sudah berbuat banyak demi kesejahteraan masyarakat. Bersama YPMF, NTA sudah membangun MCK, Bak Air, Turap, Jalan Beton, Seng Atap, dll bagi masyarakat Wegok. Mereka tergabung dalam enam buah kelompok pemanfaat. Masing-masih kelompok Paujawat A, Pau Jawat B, Tuke Ler I, Tuke Ler II, Sado Du'et dan Tu'an Temot. Sesuai pantuan kami sudah banyak bantuan yang diberikan untuk kelompok di wilayah Wegok, bantuan dimaksud terdiri dari : Bak : 21 unit untuk 21 keluarga, MCK 16 unit untuk 16 keluarga, Tutupan bak : 5 unit, untuk 5 keluarga, Turap  100m' . Rabat Beton : 200 m', Tenun Ikat : 100 lembar, Kursi dan Meja serta MCK dan Baik Air untuk SD Inpres Wegok dan kambing : 6 ekor yang berkembang biak hingga kini menjadi 23 ekor, belum termasuk yang sudah dijual dan digulirkan.

Sesuai penuturan anggota kelompok, mereka sangat gembira dan bahagia atas hadirnya NTA di wilayah Wegok, karena Bantuan yang diberikan langsung tepat sesuai sasaran sebab langsung menjawabi kebutuhan pokok mereka. Sebut saja bak air, mereka yang dulu biasa memikul bambu untuk mengambil air ke kali atau ke Murut, kini mereka hanya memutar kran demi seember atau sejerigan air untuk kebutuhan mereka. dan  kebiasaan membuang kotoran di hutan sudah diminimilizir dengan MCK bantuan NTA-YPMF. Sementara untuk membawa anggota keluarga yang sakit mereka tidak lagi pikul tapi berkat bantuan rabat jalan NTA mereka sudah bisa menggunakan sarana transportasi yang ada (mobil atau ojeck)./aw

Jumat, 14 Oktober 2011

MURUT "Air Mengalir Sampai Jauh"

sumber air keempat - kapasiatas airnya lebih besar
MURUT, Nama ini tidak asing lagi bagi penduduk dusun Wegok dan sekitarnya. Tempat ini menjadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat Wegok di Era 1970 s/d 1990-an. Letaknya di sebuah Lembah diapit oleh tiga bukit di sebelah Selatan, Barat dan Timur. Pada tahun 1980-an atas usaha Bapak Drs. Karolus Surat. Putra kelahiran Wegok, beberapa ahli air tanah dari Jakarta mendatangi dan melakukan survey terhadap mutu dan kelayakan air Murut. Mereka kemudian meneliti sumber air ini, didapati bahwa ada sebuah danau kecil dalam tanah di sebelah barat, jaraknya kurang lebih 10 s/d 20 meter dari mata air. Konon kawah ini mengembun melalui penguapan oleh panas matahari dan titik-titik embun inilah yang kemudian keluar sebagai mata air Murut. Hal ini membuat mata air ini menjadi unik karena di musim kemerau mata air ini menjadi lebih jernih dan lebih segar. Semakin panas matahari menyinari bumi semakin besar air yang keluar dari mata air.

Senin, 03 Oktober 2011

"KALAU DITEBANG, DARI MANA KAMI PEROLEH UANG?"

seorang bocah berada di kebun kakao yang ditebang
Dampak perubahan musim dan pemanasan global berakibat terhadap penurunan hasil panen. Selain tidak berbuah, banyak tanaman komoditi seperti kakao, cengkeh sering terserang hama dan penyakit. Sebut saja kanker buah pada tanaman kakao yang menggerogoti buah kakao yang masih muda hingga akhirnya busuk dan tidak dapat dipanen
Selain umur kakao yang sudah cukup tua, menurunya unsur hara pada tanah.merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker buah dan berbagai penyakit lainnya. Pada umumnya jenis tanaman kakao di wilayah Wegok dan sekitarnya adalah jenis Hybrida yang disupply oleh pemerintah pada 1980-an. Jenis Kakao  yang ini mampu memberikan produksi secara terus menerus selama 20 s/d 25 tahun. sehingga adalah wajar kalau produksi tanaman kakao di wilayah Wegok dan sekitarnya menurun drastis.

Sabtu, 03 September 2011

Ruas Jalan Wegok - Kojablatat Mulai Digusur

Setelah tertunda dua bulan pembukaan daerah terisolasi di dusun Wegok akhirnya dimulai juga. Satu unit excavator  didatangkan ke Dusun ini pada Jumat 02 September 2011 dan langsung menggusur di sekitar Sado Du'et menuju Kojabuluk, Menurut Kepala Dusun Wegok, Thomaston Ruas jalan yang digusur adalah Sadoduet - Rohot - Kojabuluk - Kojablatat yang memakan waktu kurang lebih tiga hari. Pembangunan ruas jalan yang dibiayai oleh anggaran Dinas Pertanian Kabupaten Sikka ini memang sedang ditunggu oleh Masyarakat DusunWegok

Selasa, 16 Agustus 2011

JASAMU TAK TERKIRA, JASAMU TIADA TANDANYA


Theodorus Surat
Theodorus Surat, seorang Guru Sekolah Dasar yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Dorus, dilahirkan di Wegok pada tanggal 07 Mei 1940. Setelah bersekolah di SRK Botang, Watublapi  sosok yang sangat jago musik ini kemudian pindah ke SRK Lela I di Lela, karena SRK Botang di Watublapi dibakar beberapa kali akibat Politik Kanilima oleh Moan Jong. Pada tahun 1954 dipindahkan kembali ke SRK Botang  dan tamat tahun 1955.  Ayahnya yang adalah seorang petani kecil di dusun Wegok sempat ketiadaan biaya untuk melanjutkan sekolah anaknya ini. Namun hal ini tetap tidak menyurutkan semangat petani ini, Ia kemudian membawanya  ke  Maumere untuk disekolahkan pada jenjang yang lebih tinggi, yakni Sekolah Guru Bawah (SGB) Maumere. Selama di SGB sosok muda ini belajar Ilmu keguruan, atau didaktik metodik dan ilmu-ilmu lainya yang berhubungan dengan pengelolaan sebuah sekolah dasar.

Naluri musiknya yang bagus membuat Guru ini kemudian meluangkan waktu khusus untuk belajar secara extra tentang musik dan pernak-perniknya, sebut saja Harmonum, Gitar, Biola.dan Olah Vocal yang memang sangat popular saat itu. Sehingga sebelum ia menamatkan sekolahnya di SGB Maumere ia sudah menjadi seorang musisi yang cukup populer pada masa mereka. Hal ini dibuktikan ketika beberapa kali mengisi waktu liburan ia sempat memimpin koor di Gereja Materboni Consilii Watublapi dan sempat membentuk  Group Music di kampung Wegok dan sekitarnya, juga ada banyak lagu yang ia buat yang kemudian menjadi tenar di era meraka, seperti Nukak Ami, Ulit Lusi Hama-Hama, Kasi Ora Wine, Me Blutuk Bai Muri, Dolor Wolon dan sejumlah lagu Rohani dll.
Penataran Kepala SD Model di Kupang Tahun 1998
Setelah menamatkan SGB pada tahun 1959 ia lalu mengabdikan dirinya sebagai seorang guru muda yang mana sesuai aturan kala itu harus bekerja purna waktu dan tanpa imbalan apapun pada satu tahun pengabdian pertama. Namun masa sulit ini berhasil dilalui tanpa ada hambatan berarti karena  semangat dan daya juang  yang tidak pernah surut.
Karir gurunya dimulai dari SRK Botang di Watublapi pada tahun ajaran 1959/1960, dan dipindahkan ke SDK Hewokloang pada tahun 1960 s/d tahun 1961. Dua dari muridnya yang punya nama saat ini adalah Mgr Edmundus Woga, uskup Weetabula dan Drs. Sosimus Mitang, Bupati Sikka periode 2008-2013. Kemudian atas permintaannya sendiri ia dipindahkan ke SRK Ona Palue pada bulan Agustus 1961. Namun karena Gunung Rokatenda meletus pada Desember tahun 1961 maka ia bersama rekan-rekan lainya mengungsi dan pulang ke Maumere. Salah seorang muridnya di SRK Ona adalah Wakil Bupati Sikka Periode 2008-2013, dr. Wera Damianus, MM.
Penataran Kepala SD Desa Tertinggal - Kupang, 1995
Setelah itu oleh sanpukat ia ditempatkan di SRK Rohe s/d tahun 1962, kemudian atas usaha Pater Bollen,SVD ia dikembalikan Ke SRK Botang di Watublapi. Di tahun 1965 ia dipindahkan ke SDK Botang II Maget di desa Wolomapa. 

Setelah tujuh tahun mengajar di sekolah ini pemerintah mengeluarkan aturan mengenai ijasah minimum bagi seorang guru SD, maka ia bersama teman-teman guru tamatan SGB lainnya diharuskan mengikuti pendidikan lanjutan, setingkat SLTA yang mereka sebut Kursus Pendidikan Guru (KPG) yang dilakukan pada sore hari setelah proses KBM di SD usai.
Kemudian pada tahun 1975 guru yang penuh inovasi ini dikembalikan ke SDK Watublapi, dan pada Tahun 1976 ia diangkat oleh Sanpukat menjadi Kepala SDK Watublapi (dikukuhkan dengan  oleh SK Gubernur pada tahun 1980). Bekal ilmu KPG kemudian benar-benar diterapkan dalam proses pengelolaan sekolah hingga pada tahun 1978 bersama Bp Guru Robertus Dasi berhasil mendorong SD ini sampai ke pintu sekolah Favorite (model) dimana prosentase kelulusan EBTANAS selalu 100% . Hal serupa juga terjadi pada SD-SD lainnya yang pernah dikepalainya.
Sepeda motor, menjadi kendaraan utama bagi keluarga
Tahun 1983 seiring dengan didirikannya SD Inpres Liwubao, ia dipindahkan ke SD ini, sebagai orang pertama yang meletakan dasar-dasar pengelolaan pada SD baru ini. Atas inisiatifnya bersama Bp. Guru Hende Retong alm. untuk tukar tempat mengajar, maka pada tahun 1984 ia dipindahkan ke SD Inpres Baomekot. Pada kesempatan ini ia diangkat menjadi ketua Rayon guru-guru Watublapi yang meliputi Watublapi-Kloangpopot sampai Habibola dan Waidahi.
Pada tahun 1987 dari Inpres Baomekot kemudian dipindahkan ke SD Inpres Watuwekak, Napun Seda sampai tahun 1988. Kemudian atas usaha ketua POMG Watublapi, alm. Zakarias Sareng ia dikembalikan ke SDK Watublapi.
Sedangkan dalam bidang seni musik Guru yang pernah mengajar Ilmu Musik dan PMP (PPKN) di SMP Hewerbura dan menjadi organis di Gereja Watublapi ini mencatat sejumlah keberhasilan, SDK Watublapi, pernah menjuarai lomba pop singer di banyak event baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat Kabupaten, juga group musik yang dibentuknya kemudian menjadi sangat terkenal pada masa itu sehingga mendapat berbagai pesanan bermain musik di banyak tempat, di Heo dan Egon Lere misalnya.
Setelah menjalani masa pensiun Bapak Guru ini hijrah kembali ke Wegok, kampung dimana ia berasal dan dibesarkan. Bagai pejuang yang tangguh iapun menembus ruang dan waktu,tidak perduli pada zaman apa, pada umur berapa dan pada situasi apa, berbagai jabatan sosial baik itu di pemerintahan maupun di bidang keagamaan kemudian diembankan ke pundaknya. Hingga pada tahun 2010 bersama Bp. Drs. Sebastianus Bata dan Bp. Fransiskus Xaverius, mendirikan SD  di Kampung Wegok yang merupakan SD kaki dari SD Inpres Baomekot. (ths)

Selasa, 09 Agustus 2011

"BITONG", dari Puho ke Wegok

Lepo Gesok dan Warisan Keron kepada Surat
Terdapatlah sebuah Bukit kecil di sebalah barat Dusun Wegok ( ± 3 Km ) yang dikenal dengan nama Hutan Kajowair. Selain sangat subur hutan inipun ditumbuhi oleh banyak umbi-umbian buah- buahan serta sayuran hutan yang dapat dikonsumsi setiap saat. 

Menghindari perang lokal antara Teka dan Toru  melawan Belanda yang tengah berkecamuk di bumi Sikka, seorang anak muda yang bernama Bitong lari dari  kampung halamannya sendiri di Puho desa Iligai, Lela. Dalam peperangan tersebut Moan Timu. (berasal dari tarung gawang) salah seorang teman Teka, dan kawan-kawannya berhasil membakar gereja Sikka, yang kala itu dipimpin oleh R.P. J.F. Le Cocq D'armandviile, SJ sementara Teka berhasil membakar Gereja Koting di kampung Koting, sehingga membuat raja Sikka dan Belanda marah besar dan mengancam akan membalas perbuatan Timu,  Teka dan teman-temannya.  Takut akan ancaman ini, Bitong berrsama saudara-saudaranya (Tepong, Lado, Gesing, Pedan, Dua Timu dan Dua Sareng), pergi meninggalkan kampung halaman mereka di Puho-Tarunggawang, Desa Iligai, Kec, Lela untuk mencari tempat tinggal yang baru, jauh dari ancaman perang lokal melawan penjajah saat itu . Setelah berjalan berhari-hari ke arah Timur sampailah mereka di Hutan Kajowair ini. Kagum akan suburnya hutan ini sementara  letaknyapun agak tersembunyi Bitong dan saudara-saudaranya memutuskan untuk tinggal di tempat yang kemudian menjadi nama Desa yang terdiri dari empat dusun terdekat ini (Watublapi, Wegok, Riidetut dan Watudenak),  dan mulai membukanya untuk  Ladang bercocok tanam.

Guru Theodorus, Putra Sulung Surat dan Istrinya Maria Germina
Karena kampung satu-satunya terdekat waktu itu adalah Wegok maka kemudian Bitong dan  saudara - saudaranya lebih sering berkunjung ke Dusun ini, sampai pada suatu saat mereka memutuskan untuk menetap di Kampung ini, lalu Bitong membeli sebidang tanah dari penduduk asli Wegok dengan harga lima rupiah, sementara Kajowair tetap menjadi Ladang bagi mereka untuk berkebun dan bercocok tanam.

Setelah beberapa tahun kemudian Bitong berkenalan dengan seorang dara cantik, Du'a Glengan, putri Moan Gogu dari Lepo Gogu dan Du'a Woga dari Lepo 'Lora Hewokloang dan berhasil menjalin tali cinta bersamanya. Mereka akhirnya menikah dan melahirkan 2 orang anak perempuan, Tali dan Pare serta 3 anak laki-laki, Lero, Surat dan Marung. 

Namun setelah kelima anak mereka beranjak dewasa, Glengan kemudian diperistri oleh Deteng dari Lepo Buwun Gajon secara tidak syah. karenanya, Deteng harus membayar denda adat atas tuduhan merampas istri Bitong. Deteng kemudian menggadaikan sebidang tanah di Koja Deler,  Dusun Wegok dengan satu batang Gading dari keluarga Bapa di Ihigetegera, untuk  denda adat ini. Dari hasil hubungannya dengan Deteng, Glengan kemudian melahirkan satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan, yang diberi nama Panus dan Juli. Kedua anak ini kemudian diakui oleh Bitong sebagai anaknya sendiri. Namun setelah Bitong meninggal, Glengan kembali hidup bersama Deteng secara syah.

Dalam perjalanan Sareng akhirnya menikah dengan Keron dari Lepo Gesok, namun tidak memiliki anak. Maka kemudian Sareng dan Keron pergi menghadap Bitong dan meminta Surat untuk diangkat secara adat , "Wihi Tai Temo Dulak, menjadi anak mereka yang syah.

Untuk itu keluarga Lepo Gesok harus memberi sejumlah belis sebagai ikatan syah atas masuknya Surat kedalam  keluarga Lepo Gesok. Kemudian keluarga Gesok (Lado, Sina. Nuba dan Keron bersama Sareng) pergi menghadap Bitong dan keluarga Puho dengan membawa satu ekor Kuda Jantan dan Kalung emas, namun kemudian Kalung Emas ini oleh Orang Puho di tolak, maka  mereka menggantinya dengan satu pasang Gelang Gading Kebesaran (Mone).

Wihi Tai Temo Dulak atau disebut Wihi e Inat Tait, Temo e Amat Dulak memiliki makna yang sangat kuat, ini berarti Surat lahir ke dunia oleh hubungan suami istri dari Keron dan Sareng. Dengan demikian maka segala hak dan wewenang Keron dalam Lepo Gesok harus menjadi hak anaknya, dalam hal ini Surat.

Jumat, 29 Juli 2011

WEGOK NATAR kampungnya ORANG WEGOK

rajawali pemakan bayi
Fransiskus Xaveirus
Sejarah Kam- pung Wegok dimulai dari "Wegok Natar" di wilayah Napun Seda Kewapante. Karena banyak burung Rajawali yang mencuri dan memakan bayi - bayi mereka maka kemudian orang-orang Wegok Natar memutuskan untuk meninggalkan kampung ini dan mencari tempat yang baru yang lebih aman untuk dihuni. Beberapa dari Mereka akhirnya tiba di kampung Wegok, sebelah Timur Laut kampung Watublapi dan menetap disana. Lalu mereka memberi nama tempat yang baru inipun dengan nama "Wegok", agar kampung yang lama tetap dikenang, dan  agar anak cucu mereka tetap ingat akan tempat asal mereka.

Kemudian untuk membedakan kampung Wegok yang lama dengan yang baru maka mereka menyebut Wegok yang lama dengan sebutan "Wegok Natar" dan Wegok yang baru dengan sebutan "Wegok Wero Utur" karena banyak monyet yang mendiami tempat ini.  Berikut  cerita selengkapnya sebagaimana yang diceritakan kembali oleh Bp. Fransiskus Xaverius.
--------------------------------------------------------
Sejarah Wegok dan beberapa kampung disekitarnya bermula dari adanya lima perempuan yang bernama Biu, Kekan, Mari, Hale Gete dan Hale Doi, beser rta 2 orang laki-laki kakak beradik, (Hale Gete adalah istri dari sang kakak dan Hale Doi ada- lah istri dari sang adik) Mereka pergi mening galkan tanah Malaka hendak mencari tempat huni- an baru. Akhirnya mereka tiba di ujung timur Pulau Flores.

Tetapi karena tidak betah dengan keadaan di ujung Timur pulau Flores Kedua keluarga (Hale Gete dan Hale Doi) bersama suami mereka lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan neyusuri pantai utara Flores menuju ke Barat, sedangkan ketiga perempuan Biu, Kekan dan Mari, memutuskan untuk terus ke berlayar ke barat sampai ke Bima, Pulau Sumbawa.
Setelah beberapa malam perjalanan kedua kakak beradik dan keluarga mereka tiba di suatu dataran yang cukup luas. Kemudian mereka memutuskan untuk mencari air untuk keperluan mereka dalam perjalanan nanti. Lalu mereka sedkit berjalan kaki ke darat dan menemukan danau yang cukup besar. Tetapi kemudian Hale Gete tiba-tiba perutnya sakit hendak melahirkan putra mereka. Mereka akhirnya memutuskan tinggal beberapa bulan di tepi danau ini menunggu sampai kesehatan Hele Gete kembali pulih. Lalu mereka menamakan tempat ini dengan sebutan “Nanga Hale Gete”.
Beringin - Ratusan Tahun (saksi bisu  sejarah Wegok)

Beberapa bulan kemudian merekapun melanjutkan perjalanan mereka terus ke arah barat, tibalah mereka di satu tempat yang sangat subur di kaki sebuah gunung api. Tertarik dengan keadaan ini Hele gete bersama keluarganya memutuskan untuk menetap disini. Maka kemudian tempat ini disebut “Wai Gete”,yang artinya perempuan besar.

Sementara Hale Doi bersama suaminya tetap melanjutkan perjalanan ke Barat. Dalam Perjalanan tiba-tiba Hale Doi merasa hendak melahirkan anak yang sedang dikandungnya, kemudian keluarga ini memutuskan untuk berlabuh di dataran berikutnya agar Hale Doi dapat melahirkan anak mereka dengan selamat. Mereka tinggal ditempat ini, di tepi sebuah danau kecil di pinggir laut selama beberapa bulan menunggu pulihnya Hale Doi. Lalu tempat ini mereka beri nama “Nanga Hale Doi”.

Setelah beberapa bulan tinggal di Nanga Hale Doi mereka melanjutkan pejalan ke barat dan sampailah mereka di Namang Kewa, dan menetap disana selama beberapa tahun. Kemudian datanglah orang Bugis (Gowa) ingin menguasai tempat ini. Lalu terjadilah petempuran sengit di antara mereka. Mereka kalah dan pindah ke sebelah barat tepatnya di Wairbubuk.

Tidak tahan terhadap nyamuk anopleles (Notu) kemudian mereka memutuskan untuk pindah ke selatan menyusuri kali Napun Seda, dan menetap di Napan Bura. Terjadilah kawin mawin antara mereka dengan penduduk asli setempat. Kemudian tempat ini deiberi nama Wegok Natar.

Setelah beberapa tahun datanglah orang Solor dan Lomblen ingin menguasai tempat ini, mereka kembali bertempur dan berhasil memukul mundur orang-orang Solor dan Lomblen serta mengusir mereka untuk pulang ke tanah asal mereka. Kemudian mereka menetap di Wegok Natar ini selama beberapa tahun.

Karena adanya musibah Rajawali memakan bayi-bayi mereka maka kemudian mereka pindah ke selatan menyusuri kali Napun Seda melalui Napun Rau, dalam perjalanan mereka singgah di bukit kecil disebelah timur dan menetap selama beberapa bulan disana. Salah satu putri mereka bernama Dua Bota kemudian mengawini orang asli di bukit ini. Maka kemudian bukit ini diberi nama Botang.

Menhir - Symbol Sajarah Wegok
Kemudian sisa beberapa orang dari mereka antara lain Ojok dan Aning berjalan terus ke Timur menuju ke bukit berikutnya dan membangun hunian baru serta menetap di sana. Utuk mengenang kampung mereka yang lama, Wegok Natar, dan mengingatkan mereka akan asal usul mereka terlebih kepada anak cucu mereka maka tempat yang baru inipun mereka beri nama “Wegok"

Kamis, 28 Juli 2011

JALAN BARU UNTUK WEGOK

Masyarakat Wegok boleh bergembira, lantaran usulan pembukaan jalan baru sudah disetujui. Kini ruas jalan Wolodete - Denak - Kojablatat - Kojabuluk segera dibuka. menyusul tahap pembebasan tanah yang sudah usai. Dalam waktu dekat akan diturunkan 1 unit excavator untuk mulai menggusur ruas jalan sepanjang  3 km ini. Sebuah gebrakan yang bagus guna membuka area  yang terisolasi, yang  sudah lama dinanti-nanti oleh masyarakat Wegok dan sekitarnya. Sementara di Blewut (pertigaan Wegok) sudah disupply 40 tiang listrik PLN untuk melayani  pelanggan di wilayah kojabuluk dan sekitarnya. Kali ini kita memang mendapat pemimpin yang benar-benar pro dan selalu mendengarkan rintihan penderitaan rakyatnya. Terima kasih Bapak Bupati, sudah menjawabi harapan masyarakat Wegok dan sekitarnya

Selasa, 26 Juli 2011

MOAN GESOK (Pahlawan dari Kampung Wegok)

Bala Mein Etan atau Bala Hekan, sebatang Gading diserahkan kepada kel. Gesok. Juga sebidang tanah yang dikenal dengan nama tanah Gesok. Ini suatu bukti autentik akan adanya perlawanan memerangi penjajah Belanda di Bumi Sikka, juga datang dari keluarga Gesok di Dusun Wegok. Gading ini disimpan dengan baik dan dijaga secara utuh karena kami kel. Lepo Gesok percaya bahwa moyang kami Gesok akan tetap hidup di hati setiap kami anak cucunya.

Rabu, 20 Juli 2011

RANOUNEN (Legenda)

Dalam bahasa Sikka Poma berarti berkubang, atau genangan air pada tempat yang tidak lazim (bukan mata air, Sungai atau air laut) Poma wegok sering disebut " Rano Unen" atau " Tahi Puhen". Secara wajar Poma terjadi karena menurunnya tanah permukaan dalam jumlah yang besar karena adanya patahan dari dalam perut bumi. Proses ini menyebabkan adanya cekungan yang luas pada permukaan tanah, Ketika hujan turun maka air hujan tersebut akan menggenangi cekungan ini, makin lama makin banyak dan terjadilah "Poma" . Berikut Legenda terjadinya Poma Wegok alias Rano Unen. 

Alkisah pada jaman dahulu hiduplah sebuah keluarga di kampung Wegok. Pada suatu hari sang suami pergi ke berburu di tengah hutan, sementara sang istri sedang merajut kain utuk bayinya yang sebentar lagi lahir, Keasikan menjahit tiba-tiba sang calon ibu dari anak yang sedang dikandung ini mengantuk dan tanpa dia sadari ia menjatuhkan jarum jahit yang sedang dipakai tersebut. Karena tidak ada orang lain pada waktu itu dirumah mereka, maka Ibu ini lalu menyuruh seekor anjing peliharaannya peliharaanya utuk memungut jarum jahit tersebut dan memberikan kepadanya. Anjing itupun dengan serta merta memungut jarum tersebut dan memberikannya kepada ibu muda ini.

Tiba-tiba tejadi hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Semakin hari hujan semakin lebat, anginpun semakin kencang . dua hari, tiga hari, empat hari bahkan satu minggu badai melanda kampung Wegok. Lalu dari dalam tanah tempat tinggal pasangan muda ini keluarlah air dan memancar deras ke udara tiada henti dan tanah disekitarnya amblas dan menurun jauh ke dalam perut bumi.

Banjir yang sangat hebat melanda Kampung Wegok dan sekitarnya. Lalu dengan penuh ketakutan dan bermotif menyelamatkan diri terlebih bayi yang dikandungnya, maka sang istri lalu berusaha sekuat tenaga melarikan diri. Dengan napas terengah-engah dan tanpa dia sadari sang istri tiba di Bolalorak, sebuah dusun kecil  sebelah Timur Laut Kampung He'o. Lalu tanpa sadar ia menoleh kearah kejadian dan yang terlihat pertama adalah pohon ara, maka istri yang sedang hamil ini kemudian berubah menjadi pohon arah besar. Model batang pohon ara ini menyerupai tubuh ibu muda yang sedang hamil. Kemudian tempat dan pohon ara ini disebut “ara pluwut” artinya pohon ara hamil atau pohon ara bunting.

Sementara disebelah Barat Kampung Botang dekat Kampung Heo, terdapat tempat yang diberi nama “Koja Gloging” Pohon Kenari yang berpelukan”. Ada dua orang anak muda yang berlari hendak menyelamatkan diri dari bencana Wegok, sambil berpelukan mereka menoleh kearah tempat kejadian bencana, lalu tiba-tiba mereka berubah menjadi pohon kenari kembar yang sedang berpelukan.

Banyak orang mati karena bencana ini, orang-orang muhan (Flores Timur) yang kala itu sedang berdagang terbawa banjir dan mati bergelimpangan dekat kampung ini, kemudian tempat ini diberi nama “muhangkok” tempat matinya orang-orang muhan (Flores Timur). Banyak juga tempat-tempat yang lain diberi nama karena kejadian bencana di kampung ini, seperti “watu sodot. dll

Air semburan membentuk danau kecil yang disebut Poma. Tempat tersemburnya air disebut “Ranounen” kemudian dikenal juga sebagai “Tahi Puhen” yang artinya pusarnya air laut, yang mana apabila terjadi air pasang maka dari dalam lubang akan tersembur buih bagaikan buih air laut. Banyak Hewan piaraan seperti Babi, Anjing mati terperosok kedalam lubang yang sangat dalam ini. Karena takut bencana yang sama terulang, maka atas usul saran beberapa tokoh masayarakat lubang ini kemudian ditutup dengan batu mahe (menhir) melalui upacara ritual dan sesajian adat. Sampai sekarang batu tersebut menjadi tempat ritual mohon hujan, apabila musim kemerau berkepanjangan.(diceritakan kembali secara bebas oleh Alfred)

Selasa, 05 Juli 2011

JALAN RAYA (Acces ke jalan utama)

Pada bulan Juli tahun 1975, Moan Sareng, Moan Joseph, Moan Pamong Kasianus, Moan Guru Theodorus, Moan Abraham, Moan Hendrik Pedor, Moan Petrus Woda, Moan Wena. Moan Mateus Hitong, Moan Goris Gewar, Moan Lusi, Moan Bero dan didukung penuh oleh tokoh muda kala itu, (Laurensius Ledang, Paulus Gesok, Wisen Joseph, Willibrodus, Simplysius Geban dll). telah meletakan tonggak pembangunan Ruas Jalan Wegok Watublapi. Untuk pertama kalinya mereka secara gotong royong bersama masyarakat Dusun Wegok lainnya membangun ruas jalan ini. Berikut ini uraian pengerjaannya :
---------------------------------------------------------------
Laurensius Ledang  dan Rabat Jalan oleh Pemerintah

Sebelum tahun 1975 access masyarakat Wegok keluar sangatlah sulit, jalan sepanjang 4 km hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki atau berkuda. Hal ini terjadi karena ruas jalannya yang sempit dan medan yang mendaki, bahkan diberapa titik kemiringan tanah mencapai 75 derajat.Pada Tahun 1975 dengan disponsori oleh beberapa tokoh masyarakat kala itu, seperti Moan Sareng, Moan Joseph, Moan Pamong Kasianus, Moan Guru Theodorus. Moan Petrus Woda, Moan Hendrik Pedor,Moan Wena. Moan Mateus Hitong, dan didukung penuh oleh tokoh muda kala itu, (Ledang, Paulus Gesok, Wisen Joseph, Willibrodus, Simplysius Geban dll). membangun jalan raya menuju jalan utama di Watublapi. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu jalan ini ke berbagai pihak, bahkan mendiang mantan Bupati Sikka, Alm. Laurens Say di akhir masa jabatannya ikut memegang pacul bersama P. Bako Parera, SVD menggali jalan yang kala itu sedang diperjuangkan oleh masyarakatnya sendiri.

Rabat oleh Pemerintah
Situasi sulit seperti ini berlangsung hingga tahun 2000. Pada pertengahan tahun 2000, seiring dengan masuknya NTA (Nusa Tenggara Association), sebuah LSM Australia di Kabupaten Sikka Jalan inipun ikut menjadi fokus perhatian mereka. Bekerja sama LSM Lokal, YPMF, Jalan inipun mulai ditingkatkan mutunya. Pembagian peran sangat jelas disini, NTA sebagai penyandang dana, YPMF sebagai pengelola dana dan Masyarakat sebagai pelaksana dilapangan. Sedangkan upah kerja nol rupiah alias swadaya.
Titik demi titik mulai dikerjakan, meter demi meter mulai dirabat beton sedangkan fokus pengerjaan pada tahap pertama adalah pada titik-titik yang berat dan rawan kecelakaan.
Alhasil Ruas Jalan Wegok semakin hari semakin baik mutunya, acces masyarakat Wegok ke jalan utama sudah semakin terbuka, terutama pada musim hujan mereka tidak lagi membawa sanak keluarganya yang sakit ke Rumah Sakit dengan memikul atau tandu, (sering pasien meninggal di jalan) tetapi kini mereka bisa lakukan dengan cara menyewa motor ojek atau angkutan umum lainnya. Tidak hanya itu acces mereka akan air bersih semakin mudah terutama pada musim kemerau, mereka bisa menyewa Mobil Tanki untuk mensuply air bersih bagi mereka. Sedangkan dari sudut ekonomi masyarakat Wegok dapat dengan mudah membawa hasil panen mereka ke pasar terdekat atau ke kota untuk dijual.

Dengan dipilihnya Drs. Sosimus Mitang dan dr. Wera Damianus sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sikka periode 2008-2013, angin segar seolah-olah bertiup kencang ke arah Wegok dan sekitarnya, Sang Bupati akhirnya mendengarkan keluhan masyarakat Wegok pada umumnya. Kini Ruas Jalan sepanjang 4 km ditingkatkan mutunya, dirabat beton seluruhnya, tidak hanya itu namun seiring dengan pengerjaan jalan, tiang listrik PLN pun mulai ditanam, hingga Kampung Wegok menjadi lebih terbuka dan terang benderang oleh aliran listrik PLN. (alfred)