Minggu, 12 Desember 2021

GEMPA FLORES 12 DESEMBER 1992

CATATAN SEORANG MAHASISWA ASAL MAUMERE 

KRI Christina Martha Tiahahu

12 Desember 1992, waktu itu sy baru selesai wisuda, terasa goncangan kecil di kota Kupang. Menjelang jam 4 sore TVRI Memberitakan ttg gempa ini dgn menayangkan banyak foto tentang kerusakan oleh gempa itu di maumere. Hati saya sudah tdk tenang, maklum waktu itu blm ada HP, Saya berlari menuju asrama kelapa gading banyak mahasiswa yg sdg berkumpul. “Kamu mau ikut tidak..?” seorang teman bertanya ke saya, sontak saja sy bilang ikut. Lalu kami rapat bersama, Rapat koordinasi dengan semua teman teman mahasiswa Maumere di Kota Kupang,  Rapat berlangsung sampai jam 11 malam.

Keesokan harinya kami semua bergegas menuju pelabuhan tenau, di sana kapal perang Christina Martha Tiahahu sudah menunggu, kapal itu sedang dalam perjalanan patroli ke bagian Timur Indonesia namun krn bencana maka langsung diarahkan ke maumere, Pagi itu sekitar jam 10.00 wita, setelah kami semua naik, kapal bergerak menuju maumere, rupanya kapal ini tidak telalu cepat, kami baru tiba di Maumere jam 5 sore keesokan harinya. Ketika memasuki perairan teluk Maumere jantung kami semakin berdebar keras, kami menemui banyak puing puing kayu, plastik, jerigen, ban-ban bekas yang memenuhi teluk maumere mulai dari belakang Pulau Besar sampai didepan Pelabuhan Sadang Bui.

Beberapa saat setelah kapal merapat di dermaga kamipun turun namun begitu kami menginjakan kaki di dermaga terjadi guncangan kecil dari gempa susulan, takut akan goncangan itu kami semua lari berhamburan dan masuk kembali ke kapal. Setelah merasa aman kamipun turun kembali melalui pintu utama kapal, Di pelabuhan kami menemui dermaga-dermaga rubuh, ada 1 truck yg tertinggal di sisa puing dermaga dan di dalam dermaga ada banyak kendaraan yg terperosok

Malam itu, setelah rapat koordinasi dgn pimpinan daerah, kamipun pamit untuk mengecek keadaan keluarga. Karena tdk ada kendaraan umum yg beroperasi maka kami jalan kaki menuju rumah masing masing. Saya dan beberapa teman menuju Geliting, berharap ada kendaraan yg bisa yg beroperasi dari geliting. Namun tidak ada satu kendaraanpun yang beroperasi malam itu. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju kampung kami masing masing, Dalam perjalanan kami menemui banyak bangunan yg rubuh dan orang-orangnya tidur ditenda-tenda yang mereka buat sendiri di depan rumah mereka. Kami sempat singgah di sebuah rumah dan meminta air minum, namun mereka kehabisan air, dan menyarankan kami agar meminum air kelapa saja, lalu datanglah seorang anak muda dan memetik 5 buah kelapa yang ada disamping rumah mereka.

Setelah sekian lama berjalan kami akhirnya tiba di Watublapi, kami berpisah di sana, saya belok ke kanan menuju rumah dan disambut oleh dentangan jam dinding sebanyak 12 kali, Saya menemui gedung SDK Watublapi rata tanah, mess guru rubuh, sementara Bapa dan adik adik saya tidur di tenda darurat di halaman sekolah yg dibuat dari puing puing reruntuhan. Hati saya sedikit lega krn semua anggota kel lengkap.

Toko Kalimas yang rubuh akibat gempa 1992
Keesokan harinya tanggal 15 Desember 1992, saya turun ke kota dgn menggunakan sepeda motor, karena memang itulah satu-satunya kendaraan yang dapat dipakai dalam masa gempa itu. Setelah tiba di posko saya dan beberapa teman diperintahkan ke bandara, di sana memang diperlukan orang yang sedikit mengerti Bahasa Inggris karena di sana ada banyak Pesawat luar negeri yang membawa bantuan untuk korban Gempa dan Tsunami ini. Setibanya kami di bandara kami menemui 2 pesawat hercules RAAF (Royal Australian Air Force) sdg menunggu ada banyak barang barang yg hrs diangkat. Tenda2, terpal, dll. Beberapa saat setelah itu kami kehausan, di pesawat banyak air mineral milik pilot dan beberapa org pembantunya. Saya mendekati pilotnya dan meminta 1 botol, tdk percuma kuliah di bahasa Inggris, pilotnya bilang persediaan air mereka sangat terbatas, sehingga ia memberi kami hanya sebotol.

Puing-Puing reruntuhan akbiat gempa 1992
Hari itu Bandara Waioti, (sekarang Franseda), menjadi bandara tersibuk, banyak pesawat yg hilir mudik mengantar bantuan, Sore hari menjelang malam, kami diperintah menuju Nangahale Gete, di sana sdh ada pasukan Siliwangi sedang menunggu. Sebagai senior saya diminta melaporkan kehadiran kami, setelah mendapat pengarahan tentang cara memasang tenda tenda darurat, kamipun langsung mulai bekerja, pada tengah malam kami dikejutkan oleh pengungsi Pulau Babi yang menggendong seorang bayi, sambil menangis ia mengatakan kasihan bayi ini orang tuanya terkubur pasir dan tidak dapat ditolong, kami datang berkerumun, namun akhirnya bayi tersebut diserahkan ke petugas kesehatan yang ada di lokasi pengungsian. Setelah itu pekerjaan pemasangan tenda darurat kami lanjutkan dan baru selesai pada jam 5 pagi, capek, tapi menyenangkan.

Pagi pagi kami disambut oleh Om Niko untuk sarapan, saya mengenalnya krn memang thn 1990 sy KKN di sana, setelah makan pagi kami diminta pulang ke kota untuk melanjutkan pekerjaan di tempat lain. .sempat keliling kota maumere, banyak banguna bertingkat yang rubuh, retak dan terbongkar oleh ganasnya Gempa Bumi ini. Kala itu mof hanyalah sebuah kota mati...bbrp hari kemudian kamipun pulang dgn pesawat hercules...epang gawam gempa ** AW)

Minggu, 03 Februari 2019

“PIDA“ UMBI YANG KAYA NUTRISI


Gadung adalah sejenis umbi umbian hutan yang tumbuh subur di Sikka dan sekitarnya, tumbuhan ini termasuk tumbuhan melata yang masuk dalam family Dioscorea hispida.

Gadung memiliki kandungan gizi yang besar sprt , protein 2,1 gram, karbohidrat 23,2 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 20 miligram, fosfor 69 miligram, dan zat besi 1 miligram.  Selain itu di dalam Gadung juga terkandung vitamin A sebanyak 0 I U, vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 9 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gadung, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 85 %. ( Sumber : ( SITUS WEB BELAJAR ONLINE - WWW.ORGANISASI.ORG )

Umbi Gadung (sumber: Buka Lapak)
Sejak dahulu kala Gadung diokonsumsi oleh masyarakat sebagai makanan pengganti makanan pokok dikala musim paceklik.  Begini masayarakat tradisional Hewokloang mengolah gadung  :
Gadung dibersihkan dan dikupas, setelah itu dicuci bersih dan diris tipis. Selanjtunya dijemur dibawah terik matahari hingga benar-benar kering. Lalu gadung direndam di air mengalir selama 2 hari 2 malam, maksudnya agar seluruh zat-zat racun bawaan gadung tersebut larut dan ikut mengalir bersama air yang mengalir tersebut, hal ini hanya mungkin dilakukan di sungai yang airnya mengalir cukup besar dan bersih. Ketika daging gadung menjadi lembek, saat itu bisa dipastikan seluruh racun gadung tersebut sudah hilang, dan gadung aman untuk dikonsumsi.
Bagi kita yang jauh dari sungai, kita bisa lakukan dengan cara merendam lempengan gadung tersebut pada wadah seperti ember atau baskom, dan airnya diganti secara berkala (2-3 jam sekali ganti).tetap selama 2 hari dua malam. Sementara cara orang pesisir mengeluarkan racun gadung adalah dengan membenamkannya di dalam laut selama 2-3 hari sampai lembek daging gadungnya)

Setelah itu Gadung diangkat dan ditiriskan untuk kemudian dijemur kembali hingga benar-benar kering dan disimpan di tempat yang aman dan kering. Ketika hendak mengkonsumsi Gadung diambil dan direndam kembali dengan air, setelah itu dikeringkan dan di tutup dengan daun pisang atau daun turi, sampai tumbuh jamur, saat ini Gadung siap diolah dalam bentuk berbagai menu makanan lokal seperti dikukus, atau ditumbuk sampai halus dan dimasak di bambu.

Di Era kemajuan seperti sekarang Gadung bisa dibuat menjadi berbagai macam kue dan pangan lainnya, Gadung kering yang bebas racun ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan bahan lainnya untuk kemudian dijadikan makanan : Ceker ayam. Steak gadung, dan berbagai kue dengan bahan dasar tepung gadung.
Kini gadung seolah disingkirkan sama sekali, tanpa ada yang mengindahkannya, padahal kandungan gizinya luar biasa kaya. Mari kita mencintai sumber makanan lokal kita.. karena di zaman perang Gadung menjadi makanan pengganti makanan pokok.Semoga**AW

Minggu, 11 Desember 2016

Lagu - Lagu Cipt. Theodorus Surat


Nukak Ami
Theodorus Surat
Cipt : Theodorus Surat
Agustus 1964

Nukak ami
Duna inang
Noeng Ami
Kepang amang e

Nukak Baa
Mole Noeng
Noeng Nete
Narang Waen

Tali Dagir
Lahi Rehi
Karang Kaet
Bega Dunan

E sayang e . . .
E Sayang e . . .
Gaya seorang Theodorus Surat ketika
di depan HARMONIUM
Sayan tena
Ganu pae wineng e
Dunia e du sara goit e
Bunga kelan beli ami e

Susar tena wi apa sayang e
Mora Kasan Amin baa wineng e



Kasi Ora Wineng
Cipt : Theodorus Surat
Juli 1964

Kasi Ora
Kasi ora
Ora wineng
Megung e
Wineng deri
Narang Bano
Tahi lepeng
Tulisan Asli Theodorus Surat
Nuhan e papak

Blawir lau
Lemang temang
Soba narang
Du ganu bliro
Horo mai mai
Lako wineng



Dolor Wolon
Cipt : Theodorus Surat
September 1964

Dolor Wolon
Dolor Wolon e
Ora Wineng
Dolor Wolon

Dolor Wolon
Dolor Wolon e
Ora Wineng
Dolor Wolon

Daa lau Lau
Napun Pehang
Wineng beta
Au sa bian pehan

Sayang e. . .
Sayang e . . .
Wohe Wineng
Du ngami Ngereng

Sayang e. . .
Sayang e . . .
Wohe Wineng
Du ngami Ngereng

 . . . dan masih banyak lagu lainnya seperti Ulit Lusi hama hama, juga Mapa ei Wawa main yang dibuat bersama rekan gurunya J.B. Pius , yang sementara ini sedang diurus pendokumentasiannya . . .

https://www.youtube.com/watch?v=o2XAGi41w9U




https://www.youtube.com/watch?reload=9&v=Rb0teNEsFYc
https://www.youtube.com/watch?v=IxxwUneeKtw
https://www.youtube.com/watch?v=tKkJAcA-Ups
https://www.youtube.com/watch?v=sWLrKbAVc0s

Jumat, 24 Agustus 2012

LODO HU'ER (Du'a Sareng, Simon Surat Leo Lado, Nong Kesik dan Miki Surat)

Papa Blatan
"Meluk le’u ba’a wair, Den Le’u ba’a lengi, Liuk lau man leman, ketok lau man mobo. Lau Nian Nitu Natar, Lau Noan Klo’ang ‘loran, Lau man litin gi’it lau man ‘ler mangan Nitut ‘au e’o lekuk, Noat ‘au e’o bano balong"
-----------------------------------------------------
Pero Urun
Suatu perisitiwa yang sangat meneguhkan hati banyak keluarga dan sanak family berlangsung dari tanggal 19, 20, 21 dan 22 Agustus 2012 di kampung Wegok. Sesuai namanya maka Lodo Hu'er bagi arwah Du'a Sareng, Simon Surat, Leo Lado, Nong Kesik dan Miki Surat dimaksudkan untuk mengangkat arwah mereka ke tempat yang tinggi atau yang kita sebut Surga dalam agama modern. Mengapa kita perlu melakukan peristiwa ini karena kita percaya bahwa penguburan bukan merupakan yang terakhir bagi para arwah dan kerena para arwah (Nitu) berada dalam suasana susah dan tidak berdaya, hal mana yang bisa mengangkat mereka hingga ke pintu Surga hanyalah kita yang hidup.

Liko Lepeng
Dalam upacara ini ada tujuh peristiwa pokok yang harus dialami oleh para arwah (Nitu) yakni : Poto Pare, Tokang Nuhun, Wake Lo'e, Pero Urun  Papa Blatan, 'Ea Gete, Nara Krus, dan Pa’at Krus.

Tokang Nuhun atau yang dikenal juga dengan istilah Liko Lepeng dimaksudkan untuk memberi proteksi secara penuh atau menjaga agar upacara ini dapat berjalan dengan aman tanpa ada hambatan yang berarti, Namun satu hal yang harus diingat adalah seluruh proteksi ini harus release  / diangkat kembali setelah upacara Lodo Hu'er selesai.

Memasuki hari berikutnya upacara Lodo Huer ini diikuti dengan acara Wake 'Lo'e, Pengambilan batu-batu arwah (masing-masing arwah diwakili oleh satu batu) Upacara ini dimaksudkan untuk memanggil para arwah dan mengajak mereka untuk bersama-sama keluar dari dunia mereka, dunia kematian dan memasuki dunia kita, dunia kehidupan. Karena kita percaya bahwa kehidupan Nitu identik dengan kegelapan maka kita harus menyiapkan lampu sebagai sarana penerangan bagi mereka adalam perjalanannya menuju dunia orang hidup, pada bagian ini kita sebut Pero Urun (penerangan yang terbuat dari daun kelapa kering yang dibakar)
Tanam Salib hanya boleh dilakukan melalui  Lodo Hu'er

Setelah kita bawa para arwah keluar dari kehidupan mereka, maka kemudian, kita akan memasuki tahap persipan pembersihan diri arwah, tahap ini kita sebut Papa Blatan, dimana kelapa dikupas kulitnya, kemudian dikukur lalu dioleskan pada rambut dan muka para arwah.(diwakili oleh ata a blatan)

Salib KRISTUS membawa kemenangan bagi kita semua
Pada hari ketiga kita memasuki tahap upacara 'Ea Gete", hal ini adalah ungkapan rasa syukur atas peristiwa Lodo Hu'er karena melalui peristiwa ini para arwah Lodo Hu'er sudah dibersihkan dari segala dosa dan kesalahan mereka, (mereka telah diangkat menjadi Ratu dan Raja.)

Setelah tahap 'Ea Gete berakhir maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni tahap "Nara Krus", yang didahului dengan perayaan Ekaristi Kudus untuk mendoakan para arwah dan juga pemberkatan salib sebelum ditanam. Sesuai namanya maka pada kesempatan ini seluruh sanak keluarga dihimbau untuk ikut berjaga sepanjang malam, hingga penanaman salib esok hari.

Tradisi ini mengajarkan kita untuk hanya boleh melakukan upacara Pa'at Krus (penanaman salib) pada kubur melalui upacara Lodo Hu'er. Memang harus diakui bahwa peristiwa Lodo Hu'er menyerap banyak energi dan biaya namun, sesungguhnya peristiwa ini mengandung arti dan nilai yang cukup dalam. Moment ini merupakan moment yang pas bagi sanak keluarga untuk berbagi kasih,  saling bersilaturahmi, juga moment penyatuan sanak keluarga yang terserak dan terporak poranda karena sesungguhnya upacara ini menuntut adanya campur tangan dari seluruh sanak keluarga. Seluruh peran dalam pelaksanaan upacara ini harus benar dan sesuai status dan jabatan pemeran dalam keluarga besar (aw)

Rabu, 22 Februari 2012

Gitaris Muda Jebolan PURWACARAKA


Sanshi
Kalasansius Joseph Jogo, demikan nama lengkap gitaris muda yang lebih akrab dipanggil Sanshi. Secara kasat mata Sanshi terlihat tenang dan pasti dalam menyikapi sebuah keputusan. Setidaknya hal ini terlihat jelas pada beberapa tahun yang silam saat ia memutuskan untuk keluar dari Congregasi Maria Bunda Carmel. Begitu keras pada pendiriannya namun begitu lembut dalam menyikapi pendiriannya yang keras itu

Ia terlahir dari keluarga sederhana dari kampung Wegok, sebuah dusun kecil di sebelah tenggara kota Maumere. Semasa kecil Sanhi dikenal sebagai orang lemah lembut dan penurut. Ibarat pepatah perlahan tapi pasti Sanshi yang penurut ini ternyata menyimpan sebuah keinginan yang keras untuk menjadi musisi.

 KeyBoarder and Arranger pada Band Pastello
Benar saja pada tanggal 09 Agustus 2006 Sanshi berangkat ke Ibukota guna mengejar cita-citanya ini. Tak pelak, setibanya di Jakarta, calon musisi ini langsung mendatangi Sekolah musik milik Purwacaraka. cabang Bendungan Hilir. Jurusan yang diambilpun cukup rumit " Gitar Kalsik"

Di Jurusan ini ada lima grade yang harus dilalui, masing-masing grade untuk waktu satu tahun,  O. oh . . ternyata butuh waktu yang panjang bila ingin mahir dalam Gitar Klasik,.Namun hal ini tidak menyurutkan keinginannya, "dasar keras kepala", . .Tahap demi tahap ia ikuti, grade demi grade ia tamatkan, hingga akhirnya ia menjadi seorang musisi muda yang kreatif dan inovatif.  Satu hal yang patut dicatat adalah tingkat kesulitan pada tiap grade bervariasi, semakin tinggi semakin sulit, sebut saja grade lima, supaya lulus pada grade ini para peserta harus mampu memainkan sepuluh buah lagu yang sulit berturut turut tanpa salah sedikitpun.  Hmm. . . . .betapa berat ujian ini . . . .

Kesukaannya pada Musik yang rupanya diturunkan dari ayahnya yang adalah seorang Musisi yang cukup punya nama di Era 60 - 80an telah membawa Sanshi, menjadi seorang musisi.

Kini Sanshi sudah mulai menuai hasil kerja kerasnya selama ini. Betapa tidak, di masa mudanya ini sudah punya kesempatan mengajar di tiga sekolah musik di Ibukota.wow . . . keren . . . .belum termasuk "door to door private lesson" penghasilannya pasti lumayan. Namun tidak cukup sampai disini, diselah-selah kesibukannya ia menyempatkan diri untuk membuat lagu, memang belum banyak lagu yang ia hasilkan namun sudah ada lagu yang terupload ke youtube. "Cinta yang Tak Pasti" demikian salah satu judul lagu yang ia ciptakan, ada yang tertarik ? silahkan klik di Mytube pada "web" ini atau di http://www.youtube.com/watch?v=w6Ump4Erhzw (aw) 

Minggu, 20 November 2011

"PAK DORUS" Musisi yang menciptakan Lagu "NUKAK AMI"

Pak Dorus, menciptakan banyak lagu daerah Sikka
Nukak Ami Duna Inan, Noeng Ami Kepang Aman eee. . . Nukak Ba'a Mole Noeng, Noeng Nete Narang Waen, Tali Dagir Lahi Rehi, Karang Kaet Bega Dunan . . . .  

Demikian sepenggal lagu yang populer di era 1964-1965. Lagu ini diciptakan oleh seorang musisi asal kampung Wegok yang cukup punya nama pada masa lalu. Bagi sebahagian masyarakat Sikka lagu ini sudah tidak asing lagi. Siapa sangka lirik dan syairnya digarap dan ditulis oleh Theodorus Surat, dikala masih muda belia.

Sebagai orang muda ia tentunya punya angan-angan dan cita-cita hidup yang ingin dicapai, namun bagaikan pungguk merindukan bulan, angan-angan dan cita-citanya serasa sulit digapai lantaran ia orang tak punya. Hal ini kemudian menginspirasi Musisi ini untuk menuangkan perasaan hatinya lewat sebuah lagu. Lalu dengan berbekalkan sebuah gitar tua pemberian Pater Bollen, SVD ia mulai mencoret-coret syair dan lirik lagu dimaksud. Akhirnya jadilah sebuah lagu, di ujung Agustus 1964 yang ia beri judul "Nukak Ami"

Seperti halnya lagu-lagu ciptaanya yang lain (Kasi Ora Wine, Ulit Lusi Hama-Hama, Me Blutuk Bai Murin, Dolor Wolon dll) iapun kemudian membawa lagu ini ke kelompok musik mereka dan berlatih bersama rekan-rekannya di Group musik Rano Unen.

Suatu kebanggaan tersendiri baginya karena hanya dalam waktu tiga bulan lagu ini menjadi cukup populer di masa itu. Perasaan yang sama juga dirasakan crew wegokpermai ketika meliput Festival Seni Sikka di Wetakara pada 10 Oktober 2011. Cukup tertegun ketika menyaksikan lagu ini dibawakan oleh sebuah group musik disana. Simak Liputan Videonya, . . . .
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Nukak Ami
Oleh : Group Musik Weta Kara
Cipt. Theodorus Surat
Agustus 1964

Kamis, 03 November 2011

Kunjungan TIM NTA Australia ke Wilayah Wegok

Ibu Ria dan Pak Andre
Ibu Kris dan beberapa pengurus Kel Tani
Masyarakat Wegok, lagi-lagi bergembira karena untuk kesekian kalinya dikunjungi oleh Tim NTA Australia. Kali ini Tim NTA terdiri dari Ibu Ria (Fundrising NTA) Pak Andre (NTA Regional Project Manager), Ibu Chris (Sekretaris NTA) bersama TIM YPMF mengunjungi kelompok binaan YPMF - NTA, guna melihat secara langsung hasil pengerjaan bantuan sekaligus melakukan evaluasi atas program-program yang sudah dan sedang berjalan.

Sesuai dengan namanya (NTA : Nusa Tenggara Asociation) adalah sebuah LSM kecil di Australia memiliki focus bantuan khusus bagi pemilik ekonomi lemah di wilayah NTT termasuk Kabupaten Sikka. Untuk wilayah Wegok LSM ini mulai bekerja sejak tahun 2003 hal mana semenjak itu LSM yang dipimpin oleh Dr. Colin Barlow, seorang dosen terbang dari Universitas Nasional Australia ini sudah berbuat banyak demi kesejahteraan masyarakat. Bersama YPMF, NTA sudah membangun MCK, Bak Air, Turap, Jalan Beton, Seng Atap, dll bagi masyarakat Wegok. Mereka tergabung dalam enam buah kelompok pemanfaat. Masing-masih kelompok Paujawat A, Pau Jawat B, Tuke Ler I, Tuke Ler II, Sado Du'et dan Tu'an Temot. Sesuai pantuan kami sudah banyak bantuan yang diberikan untuk kelompok di wilayah Wegok, bantuan dimaksud terdiri dari : Bak : 21 unit untuk 21 keluarga, MCK 16 unit untuk 16 keluarga, Tutupan bak : 5 unit, untuk 5 keluarga, Turap  100m' . Rabat Beton : 200 m', Tenun Ikat : 100 lembar, Kursi dan Meja serta MCK dan Baik Air untuk SD Inpres Wegok dan kambing : 6 ekor yang berkembang biak hingga kini menjadi 23 ekor, belum termasuk yang sudah dijual dan digulirkan.

Sesuai penuturan anggota kelompok, mereka sangat gembira dan bahagia atas hadirnya NTA di wilayah Wegok, karena Bantuan yang diberikan langsung tepat sesuai sasaran sebab langsung menjawabi kebutuhan pokok mereka. Sebut saja bak air, mereka yang dulu biasa memikul bambu untuk mengambil air ke kali atau ke Murut, kini mereka hanya memutar kran demi seember atau sejerigan air untuk kebutuhan mereka. dan  kebiasaan membuang kotoran di hutan sudah diminimilizir dengan MCK bantuan NTA-YPMF. Sementara untuk membawa anggota keluarga yang sakit mereka tidak lagi pikul tapi berkat bantuan rabat jalan NTA mereka sudah bisa menggunakan sarana transportasi yang ada (mobil atau ojeck)./aw