Fransiskus Xaveirus |
Kemudian untuk membedakan kampung Wegok yang lama dengan yang baru maka mereka menyebut Wegok yang lama dengan sebutan "Wegok Natar" dan Wegok yang baru dengan sebutan "Wegok Wero Utur" karena banyak monyet yang mendiami tempat ini. Berikut cerita selengkapnya sebagaimana yang diceritakan kembali oleh Bp. Fransiskus Xaverius.
--------------------------------------------------------
Sejarah Wegok dan beberapa kampung disekitarnya bermula dari adanya lima perempuan yang bernama Biu, Kekan, Mari, Hale Gete dan Hale Doi, beser rta 2 orang laki-laki kakak beradik, (Hale Gete adalah istri dari sang kakak dan Hale Doi ada- lah istri dari sang adik) Mereka pergi mening galkan tanah Malaka hendak mencari tempat huni- an baru. Akhirnya mereka tiba di ujung timur Pulau Flores.
Tetapi karena tidak betah dengan keadaan di ujung Timur pulau Flores Kedua keluarga (Hale Gete dan Hale Doi) bersama suami mereka lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan neyusuri pantai utara Flores menuju ke Barat, sedangkan ketiga perempuan Biu, Kekan dan Mari, memutuskan untuk terus ke berlayar ke barat sampai ke Bima, Pulau Sumbawa.
Setelah beberapa malam perjalanan kedua kakak beradik dan keluarga mereka tiba di suatu dataran yang cukup luas. Kemudian mereka memutuskan untuk mencari air untuk keperluan mereka dalam perjalanan nanti. Lalu mereka sedkit berjalan kaki ke darat dan menemukan danau yang cukup besar. Tetapi kemudian Hale Gete tiba-tiba perutnya sakit hendak melahirkan putra mereka. Mereka akhirnya memutuskan tinggal beberapa bulan di tepi danau ini menunggu sampai kesehatan Hele Gete kembali pulih. Lalu mereka menamakan tempat ini dengan sebutan “Nanga Hale Gete”.
Beringin - Ratusan Tahun (saksi bisu sejarah Wegok) |
Beberapa bulan kemudian merekapun melanjutkan perjalanan mereka terus ke arah barat, tibalah mereka di satu tempat yang sangat subur di kaki sebuah gunung api. Tertarik dengan keadaan ini Hele gete bersama keluarganya memutuskan untuk menetap disini. Maka kemudian tempat ini disebut “Wai Gete”,yang artinya perempuan besar.
Sementara Hale Doi bersama suaminya tetap melanjutkan perjalanan ke Barat. Dalam Perjalanan tiba-tiba Hale Doi merasa hendak melahirkan anak yang sedang dikandungnya, kemudian keluarga ini memutuskan untuk berlabuh di dataran berikutnya agar Hale Doi dapat melahirkan anak mereka dengan selamat. Mereka tinggal ditempat ini, di tepi sebuah danau kecil di pinggir laut selama beberapa bulan menunggu pulihnya Hale Doi. Lalu tempat ini mereka beri nama “Nanga Hale Doi”.
Setelah beberapa bulan tinggal di Nanga Hale Doi mereka melanjutkan pejalan ke barat dan sampailah mereka di Namang Kewa, dan menetap disana selama beberapa tahun. Kemudian datanglah orang Bugis (Gowa) ingin menguasai tempat ini. Lalu terjadilah petempuran sengit di antara mereka. Mereka kalah dan pindah ke sebelah barat tepatnya di Wairbubuk.
Tidak tahan terhadap nyamuk anopleles (Notu) kemudian mereka memutuskan untuk pindah ke selatan menyusuri kali Napun Seda, dan menetap di Napan Bura. Terjadilah kawin mawin antara mereka dengan penduduk asli setempat. Kemudian tempat ini deiberi nama Wegok Natar.
Setelah beberapa tahun datanglah orang Solor dan Lomblen ingin menguasai tempat ini, mereka kembali bertempur dan berhasil memukul mundur orang-orang Solor dan Lomblen serta mengusir mereka untuk pulang ke tanah asal mereka. Kemudian mereka menetap di Wegok Natar ini selama beberapa tahun.
Karena adanya musibah Rajawali memakan bayi-bayi mereka maka kemudian mereka pindah ke selatan menyusuri kali Napun Seda melalui Napun Rau, dalam perjalanan mereka singgah di bukit kecil disebelah timur dan menetap selama beberapa bulan disana. Salah satu putri mereka bernama Dua Bota kemudian mengawini orang asli di bukit ini. Maka kemudian bukit ini diberi nama Botang.
Menhir - Symbol Sajarah Wegok |
Kemudian sisa beberapa orang dari mereka antara lain Ojok dan Aning berjalan terus ke Timur menuju ke bukit berikutnya dan membangun hunian baru serta menetap di sana. Utuk mengenang kampung mereka yang lama, Wegok Natar, dan mengingatkan mereka akan asal usul mereka terlebih kepada anak cucu mereka maka tempat yang baru inipun mereka beri nama “Wegok"
ada beberapa orang pergi beburu, mereka menangkap satu ekor anak rajawali dan mebawa pulang ke rumah mereka, lalu datanglah induk rajawali ini untuk mengambil kembali, orang-orang ini tidak mau menyerahkan kembali ke induknya dan mengatakan, "biar kami yang pelihara, kami sanggup memberi makan". Dalam perjalanan orang-orang ini tidak sanggup memberi makan anak rajawali, lalu induk rajawali marah dan mengumpulkan seluruh bangsa rajawali untuk melakukan protes, dengan penuh kecewa dan marah sekali mereka mendatangi orang-orang ini dan, "mulai saat ini bayi-bayimu akan kami mangsa dan akan menjadi makanan bagi kami dan keturunan kami. Maka kemudian terjadilah bencana yang luar biasa, bayi-bayi manusia selalu ditangkap dan dibawa ke ohon yang tinggi untuk dimangsa
BalasHapusIni dongen atau apa... Masa burung bisa melakukan protes terhadap manusia.... Emang burung bisa berbicara.... Yg logis dikit dong kalau mw menceritqkan kisa kampung wegok... Biar generasi kedepan bisa menerima kisah tersebut
BalasHapusBenar juga ya...
HapusWegok dalam bahasa sikka artinya apa???
BalasHapusNama sebuah kampung pasti memiliki makna, contohnya: seperti kampung yg saudara tulis dibatas adalah hale doi... Sekarang kampungnya menjadi nangahale doi... Kalau wegok itu bagaimana..???
lu siapa . . orang Wegok Juga ????
BalasHapusAq jga wegokk kok
HapusWegok mana loe . .tinggal di mana loe . . . ???
HapusKaka wempy... Newan pla ko... Wegok ia artinimun apa...
BalasHapusWain Koja obog.
BalasHapuscerita yang menarik buat kami anak cucu di tanah rantau.
BalasHapustuis cerita juga tentang tenggelamnya kampung wegok ya? kami menanti...
Tolong ceritera juga kampung wegok yang tenggelam
BalasHapus