Bala Mein Etan atau Bala Hekan, sebatang Gading diserahkan kepada kel. Gesok. Juga sebidang tanah yang dikenal dengan nama tanah Gesok. Ini suatu bukti autentik akan adanya perlawanan memerangi penjajah Belanda di Bumi Sikka, juga datang dari keluarga Gesok di Dusun Wegok. Gading ini disimpan dengan baik dan dijaga secara utuh karena kami kel. Lepo Gesok percaya bahwa moyang kami Gesok akan tetap hidup di hati setiap kami anak cucunya.
Pada Era 1900 an sebelum Teka Iku mengumumkan perang melawan Kolonial Belanda Teka mengumpulkan orang-orang sakti mendraguna dari seluruh bagian di wilayah Sikka untuk menyusun kekuatan dan mengatur strategi perang melawan Belanda.
Salah satu tokoh sakti yang ikut dipanggil waktu itu adalah Mo’an Gesok dari Kampung Wegok. Selain sakti mandraguna Mo’an Gesok juga terkenal sangat piawai dalam menggunakan Senjata Tumbuk (bedi tubung) Setelah tiba di Dusun Wegok, utusan Teka Iku ini langsung menuju Lepo Gesok yang berada di tengah kampung. Lalu dengan penuh semangat utusan ini menceritakan tentang kejamnya penjajahan Belanda terhadap masyrakat lokal kala itu, dan kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada Mo’an Gesok, yakni mengajak Mo’an Gesok untuk bergabung bersama mereka dalam usaha mengusir penjajah dari bumi Sikka tercinta ini. Tak pelak, Tokoh muda Gesok, dengan darah patriotisme dan heroisme yang menggebu-gebu langsung menerima tawaran yang maha berat ini “Tau Nuhu tora ata bura gete Belanda”.
Lalu berangkatlah Gesok didampingi oleh utusan Teka Iku menuju Kampung Hubin. Setelah melapor diri, lalu oleh Teka Iku, tokoh Muda Gesok bersama utusan dari wilayah lainnya diberi pembekalan tentang siasat dan strategi perang melawan Belanda.
Pertempuran sengit terjadi sekitar kampung Hubin, sambil terbang Gesok memuntahkan beberapa butir peluru dari dalam senjata tumbuknya, namun gerak langkahnya keburu terlihat oleh Belanda, yang kemudian serta merta menembak Mo’an Gesok. Satu butir peluru Belanda akhirnya bersarang di dada Gesok, Gesok jatuh tersangkut diatas Pohon beringin dan tewas seketika.
Berhubung jaraknya ke Kampung Wegok cukup jauh apalagi kendaraan satu-satunya yang populer dan mudah dijangkau waktu itu hanyalah Kuda, maka kemudian Teka Iku dan tokoh masyarakat Hubin lainya memutuskan untuk memakamkan Gesok di sekitar Hubin. Tanah, tempat pemakaman Gesok kemudian disebut tanah Gesok, di tanah ini juga dibangun menhir untuk mengenang Gesok dan kawan-kawan yang lain yang tewas oleh Belanda kala itu.
Beberapa hari kemudian datanglah utusan Teka Iku ke Wegok guna mengabarkan berita duka ini, mereka juga membawa sebatang gading panjang sebagai gantinya Gesok yang Tewas (Bala Hekan atau Bala Mein Etan) dan juga menyerahkan tanah Gesok sebagai tanah Mein Etan. (**cerita ini ditulis oleh saya selaku salah satu cicit Moa’n Gesok, dikumpukan dari cerita-cerita lisan para orang tua,, , , data lengkapnya masih kami kumpulkan. . . .)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar