Dalam bahasa Sikka Poma berarti berkubang, atau genangan air pada tempat yang tidak lazim (bukan mata air, Sungai atau air laut) Poma wegok sering disebut " Rano Unen" atau " Tahi Puhen". Secara wajar Poma terjadi karena menurunnya tanah permukaan dalam jumlah yang besar karena adanya patahan dari dalam perut bumi. Proses ini menyebabkan adanya cekungan yang luas pada permukaan tanah, Ketika hujan turun maka air hujan tersebut akan menggenangi cekungan ini, makin lama makin banyak dan terjadilah "Poma" . Berikut Legenda terjadinya Poma Wegok alias Rano Unen.
Alkisah pada jaman dahulu hiduplah sebuah keluarga di kampung Wegok. Pada suatu hari sang suami pergi ke berburu di tengah hutan, sementara sang istri sedang merajut kain utuk bayinya yang sebentar lagi lahir, Keasikan menjahit tiba-tiba sang calon ibu dari anak yang sedang dikandung ini mengantuk dan tanpa dia sadari ia menjatuhkan jarum jahit yang sedang dipakai tersebut. Karena tidak ada orang lain pada waktu itu dirumah mereka, maka Ibu ini lalu menyuruh seekor anjing peliharaannya peliharaanya utuk memungut jarum jahit tersebut dan memberikan kepadanya. Anjing itupun dengan serta merta memungut jarum tersebut dan memberikannya kepada ibu muda ini.
Tiba-tiba tejadi hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Semakin hari hujan semakin lebat, anginpun semakin kencang . dua hari, tiga hari, empat hari bahkan satu minggu badai melanda kampung Wegok. Lalu dari dalam tanah tempat tinggal pasangan muda ini keluarlah air dan memancar deras ke udara tiada henti dan tanah disekitarnya amblas dan menurun jauh ke dalam perut bumi.
Banjir yang sangat hebat melanda Kampung Wegok dan sekitarnya. Lalu dengan penuh ketakutan dan bermotif menyelamatkan diri terlebih bayi yang dikandungnya, maka sang istri lalu berusaha sekuat tenaga melarikan diri. Dengan napas terengah-engah dan tanpa dia sadari sang istri tiba di Bolalorak, sebuah dusun kecil sebelah Timur Laut Kampung He'o. Lalu tanpa sadar ia menoleh kearah kejadian dan yang terlihat pertama adalah pohon ara, maka istri yang sedang hamil ini kemudian berubah menjadi pohon arah besar. Model batang pohon ara ini menyerupai tubuh ibu muda yang sedang hamil. Kemudian tempat dan pohon ara ini disebut “ara pluwut” artinya pohon ara hamil atau pohon ara bunting.
Sementara disebelah Barat Kampung Botang dekat Kampung Heo, terdapat tempat yang diberi nama “Koja Gloging” Pohon Kenari yang berpelukan”. Ada dua orang anak muda yang berlari hendak menyelamatkan diri dari bencana Wegok, sambil berpelukan mereka menoleh kearah tempat kejadian bencana, lalu tiba-tiba mereka berubah menjadi pohon kenari kembar yang sedang berpelukan.
Banyak orang mati karena bencana ini, orang-orang muhan (Flores Timur) yang kala itu sedang berdagang terbawa banjir dan mati bergelimpangan dekat kampung ini, kemudian tempat ini diberi nama “muhangkok” tempat matinya orang-orang muhan (Flores Timur). Banyak juga tempat-tempat yang lain diberi nama karena kejadian bencana di kampung ini, seperti “watu sodot. dll
Air semburan membentuk danau kecil yang disebut Poma. Tempat tersemburnya air disebut “Ranounen” kemudian dikenal juga sebagai “Tahi Puhen” yang artinya pusarnya air laut, yang mana apabila terjadi air pasang maka dari dalam lubang akan tersembur buih bagaikan buih air laut. Banyak Hewan piaraan seperti Babi, Anjing mati terperosok kedalam lubang yang sangat dalam ini. Karena takut bencana yang sama terulang, maka atas usul saran beberapa tokoh masayarakat lubang ini kemudian ditutup dengan batu mahe (menhir) melalui upacara ritual dan sesajian adat. Sampai sekarang batu tersebut menjadi tempat ritual mohon hujan, apabila musim kemerau berkepanjangan.(diceritakan kembali secara bebas oleh Alfred)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar