Senin, 03 Oktober 2011

"KALAU DITEBANG, DARI MANA KAMI PEROLEH UANG?"

seorang bocah berada di kebun kakao yang ditebang
Dampak perubahan musim dan pemanasan global berakibat terhadap penurunan hasil panen. Selain tidak berbuah, banyak tanaman komoditi seperti kakao, cengkeh sering terserang hama dan penyakit. Sebut saja kanker buah pada tanaman kakao yang menggerogoti buah kakao yang masih muda hingga akhirnya busuk dan tidak dapat dipanen
Selain umur kakao yang sudah cukup tua, menurunya unsur hara pada tanah.merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker buah dan berbagai penyakit lainnya. Pada umumnya jenis tanaman kakao di wilayah Wegok dan sekitarnya adalah jenis Hybrida yang disupply oleh pemerintah pada 1980-an. Jenis Kakao  yang ini mampu memberikan produksi secara terus menerus selama 20 s/d 25 tahun. sehingga adalah wajar kalau produksi tanaman kakao di wilayah Wegok dan sekitarnya menurun drastis.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kembali produktifitas kakao telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Sistim peremajaan dengan teknik sambung pucuk dan sambung samping merupakan solusi yang cukup ampuh untuk tujuan ini.Selain itu pemerintah juga mendatangkan varietas kakao baru yang  berbuah cepat dan tahan terhadap penyakit. Namun varietas ini mengharuskan seluruh tanaman kakao yang sebelumnya (yang sudah tua) harus ditebang seluruhnya.

Hal ini tentu saja menuai kontroversi dari masyarakat, seorang warga Dusun Wegok bertutur bahwa hal ini tidak mungkin ia lakukan, "dari mana kami dapat uang, bagaimana dengan hidup kami, mau makan apa?" Menjawabi pertanyaan ini pemerintah kemudian memberi solusi agar diselah tanaman kakao varietas baru ini ditanami jagung, umbi-umbian.bahkan padi untuk dikonsumsi menunggu Kakao jenis baru ini berbuah dan memberikan hasil. Pemerintah juga menjamin bahwa sistim tumpang sari ini hanya berlangsung 3-5 tahun, setelah itu pendapatan masyarakat akan kembali normal seperti sedia kala.

kakao hybrida (kurang produktif) umurnya 28 tahun
Namun pembagian kakao vartietas baru  ini hanya kepada pihak-pihak tertentu yang menjadi anggota kelompok tani. Hal inipun telah menyebabkan sebahagian besar masyarakat tidak mau menebang pohon-pohon kakao mereka yang memang sudah tua dan tidak produktif lagi. Mereka lebih memilih untuk bertahan dan bersprinsip "walaupun tua namun selalu ada harapan. biarpun hasilnya hanya satu atau dua buah saja namun kami bisa jual untuk satu atau dua koligram beras".

Memang sulit merubah pola pikir masyarakat, sekalipun harapan untuk hidup secara lebih baik dan layak selalu dikedepankan, namun trauma akan hidup di masa lalu yang sulit rupanya menjadi hal yang paling utama bagi mereka. Sebagai contoh, pada era 1980-an disaat pemerintah mulai memperkenalkan tanaman kakao hybrida untuk pertama kalinya, tidak dengan serta merta diterima oleh masyarakat, anggapan yang sama memang sempat mencuat kepermukaan, pada hal  untuk urusan ini diserahkan juga uang  tunai untuk membantu mereka dalam mejalankan program ini.(aw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar